Ini
adalah buku pertama mas Puthut yang saya beli, jujur saja saya selalu ragu untuk membeli kumpulan cerpennya,
karena sebagian besar sudah saya nikmati secara gratisan dimedia daring. saya
ini memang pembaca buku karbitan, baru mengenal nama Puthut EA dari portal
online yang diasuhnya yaitu Mojok.co dan Minumkopi.com setahun kebelakang. Padahal
mas Puthut ini adalah Master didunia cerpen Indonesia.
Tengoklah media sosialnya, dia rajin sekali membagikan cerita-cerita pendeknya yang kadang bikin kita tertawa namun dilain waktu membuat kita termenung. ceritanya sederhana namun sarat akan makna, dan begitu relevan dengan kondisi kehidupan kaum urban saat ini.
Tengoklah media sosialnya, dia rajin sekali membagikan cerita-cerita pendeknya yang kadang bikin kita tertawa namun dilain waktu membuat kita termenung. ceritanya sederhana namun sarat akan makna, dan begitu relevan dengan kondisi kehidupan kaum urban saat ini.
Seperti
judulnya, buku ini bercerita tentang para bajingan yang doyan sekali guyon. Para
pemuda termasuk mas Puthut yang dulu mempunyai keyakinan bahwa judi bisa
membuat mereka kaya. Kenakalan-kenakalan yang menurut norma agama sangat tidak
diperkenankan, mereka malah melakukannya. Anjuran mas Puthut dalam buku ini
sebelum ia memulai kisahnya adalah “Bagi anda yang memiliki rasa kepemilikan
agama dan ketuhanan yang besar, kemungkinan anda akan tersinggung. Saya minta
maaf dari awal, dan mewanti-wanti sebaiknya Anda tidak usah meneruskan membaca
kisah ini.” Saya tidak tahu apakah kalimat itu sungguh-sunguh atau ia sedang
berkelakar.
Mas
Puthut akan memperkenalkan kita dengan teman-temannya yang memiliki nama unik,
atau memang sengaja ia samarkan, yang kelakuannya sangat bajingan. Mulai dari
menghabiskan uang untuk berjudi, mabuk-mabukan dan menjahili orang yang sedang
berdoa ketika makan. Tentu saja kenakalan mereka bukan Cuma sebatas itu, masih
banyak didalamnya yang tidak bisa saya ceritakan satu persatu.
Ada
Proton yang doyan sekali berpindah-pindah agama, ada Bagor yang selalu jadi
korban keisengan namun bernasib mujur, dan mungkin yang paling berkesan bagi
mas Puthut adalah almarhum si anak orang kaya yang tidak pernah disebutkan
namanya. Mereka semua adalah mahasiswa UGM namun berbeda fakultas dan disatukan
oleh pasion yang sama, yaitu hobi bermain judi.
Cerita
yang masih melekat dikepala saya adalah kisah almarhum yang selalu meminjam uang
sumbangan kakeknya untuk bermain judi, dengan alasan bahwa uang tersebut berkah
dan akan membawa keberuntungan bila dijadikan modal berjudi. Satu lagi adalah
kisah keempat sahabat ini yang memiliki niat mulia yaitu ingin membelikan
sebuah rumah untuk Mbah Ganden (seorang gelandangan) bila mereka bisa kaya dari
bermain judi. Siapa yang tidak akan cekikikan memahami pola pikir kelompok
bajingan ini coba ?
Saran
saya jangan terlalu serius membaca buku ini, jangan mudah tersingguh dengan
kisah didalamnya. Apalagi yang bagian bagaimana teman-teman mas Puthut
memperlakukan agama, oh iya satu kisah lagi yang menarik dari buku ini yang
membuat saya tidak bisa menahan tawa, jadi diceritakan Bagor yang sudah hampir
20 tahun tidak menjalankan puasa, akhirnya kembali berpuasa. Kemudian dihari
pertama puasa itu Bagor mengajak orang tuanya buka bersama, dan kalian tahu apa
yang dihidangkan dalam makan malam yang penuh khidmat itu ? daging babi. Saya membayangkan
bagaimana reaksi Bapak dan Ibu bagor yang senang karena melihat anaknya kembali
beribadah, namun kemudian tenggorokannya tercekat karena tahu yang disantapnya
adalah makanan haram.
Buku
ini bukan sedang memberikan inspirasi bagaimana menjalanai hidup yang asik, karena
tokoh didalamnya memang mempunyai pikiran nyentrik alamiah yang tidak
dibuat-buat. Mas puthut juga sedang tidak memberikan motivasi atau menyuruh
kita memetik pelajaran dari kisah yang diberikan. Saya yakin mas Puthut hanya
sedang kangen dengan teman-temannya dimasa lalu, dia hanya ingin mengenang masa
kejayaannya sebagai bajingan.
Kelakuan
dimasa lalu sebobrok apapun kadang menjadi kenangan yang indah saat diceritakan
dimasa sekarang. ingat seperti yang pernah dikatakan seorang komedian, bahwa
rumus komedi itu adalah tragedi ditambah waktu.
Walaupun
begitu saya tidak menganjurkan orang untuk berbuat semaunya atau hal-hal yang
melanggar batas norma susila ataupun agama hanya untuk bersenang-senang agar
kelak punya cerita untuk dikenang. Jalani saja harimu seperti biasa, toh setiap
orang mempunyai jalan cerita hidup masing-masing. Lihatlah kelompok bajingan
ini dimasa sekarang, ada yang sudah menjadi penulis sukses, ada yang sudah
menjadi pegawai BUMN dan ada juga yang hidupnya biasa-biasa saja. Apa yang akan
terjadi nanti dimasa depan memang tidak ada yang tahu kecuali Tuhan.
Para
bajingan yang menyenangkan adalah cerita yang sama sekali… ini memang buku yang
menjerit…
Download E-Book Pdf
BalasHapus